Introduction to Ramen: More Than Just a Noodle Soup

 

Ramen, often perceived merely as a savory noodle soup, is a dish steeped in rich history and cultural significance within Japan. The origins of ramen can be traced back to China, where it was introduced in the late 19th century. Initially termed "shina soba," meaning Chinese noodles, it underwent a remarkable transformation as it assimilated into Japanese culinary traditions. Over the decades, ramen has evolved from a simple dish into an integral part of Japanese society, reflecting regional ingredients and local flavors.

The post-World War II era marked a significant turning point in the evolution of ramen. As Japan faced food shortages, instant ramen was invented in 1958 by Momofuku Ando, revolutionizing the way this dish was consumed. This convenient form of ramen paved the way for it to become a global phenomenon, appealing to diverse palates and lifestyles. Today, ramen ranges widely, from wholesome homemade bowls to quick instant varieties, each maintaining the core essence of what makes ramen beloved: its warmth and flavor.

Ramen also holds a considerable place in Japan’s cultural landscape. It is often considered comfort food, enjoyed in casual settings or as a late-night snack. Furthermore, the dish has regional variations that highlight local ingredients and flavors; for example, Tonkotsu ramen from Fukuoka is renowned for its rich pork bone broth, while Sapporo-style ramen features a robust miso base. These variations not only showcase the diversity of ramen but also celebrate Japan’s rich culinary heritage. As we delve deeper into the world of ramen, it is essential to appreciate how this dish has transcended its origins, captivating hearts and palates both domestically and internationally.

Ramen Quest: A Culinary Journey Through Japan

Discover the rich history and cultural significance of ramen, Japan's beloved noodle soup. From its origins in China to its evolution in Japan, explore various regional styles, preparation techniques, and the unique dining culture surrounding this comforting dish. Learn about Tonkotsu, Shoyu, and Miso ramen, and how global popularity has transformed a simple bowl of noodles into a cherished culinary experience. Join us on a journey through the flavors, ingredients, and traditions that make ramen an integral part of Japanese heritage and a favorite around the world.

Pesohor sekaligus Ketua Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Syarikat Islam, David Chalik, mengapresiasi perkembangan signifikan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI dalam beberapa tahun terakhir, dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola dana umat.

 

"Saya bangga melihat perkembangan Baznas saat ini. Artinya, dibandingkan dengan satu dekade yang lalu, Baznas yang sekarang memang agresif dan inovatif untuk melakukan tugasnya mengelola dana umat melalui ragam program dan inovasi yang disiapkan," kata David melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

 

David menilai peran Baznas dalam mengelola dana umat sangat penting, terlebih untuk LAZ baru seperti Syarikat Islam. Ia menilai Baznas seperti induk dan rumah bagi lembaga yang dipimpinnya tersebut.

 

"Kami sebagai sebagai LAZ yang baru lahir jadi merasa mempunyai induk, walaupun tidak terafiliasi langsung, tapi jelas ada arahannya, bimbingannya, dan rumahnya," ujarnya.

 

Baca juga: Sebanyak 2.140 murid SD-SMP di Padang terima beasiswa Baznas

 

Baca juga: Baznas perkuat sinergi tata kelola zakat dengan 167 perwakilan LAZ RI

 

David juga mengapresiasi upaya Baznas dalam menjadikan lembaga zakat yang ada di Indonesia untuk taat dan tertib dalam pengumpulan dan pengelolaan zakatnya. Menurutnya, semangat tersebut penting untuk ditanamkan kepada setiap LAZ di seluruh Indonesia.

 

"Terus meningkatkan kesadaran ini yang penting, yang jadi akhirnya ke depannya LAZ di seluruh Indonesia semuanya siap menjadi lembaga amil zakat yang profesional, transparan, dan akuntabel, sehingga dipercaya masyarakat," ucapnya.

 

David mengaku pihaknya banyak mempelajari hal-hal dari Baznas terkait inovasi dalam bidang program pengumpulan maupun pendistribusian zakat.

 

"Inovasi-inovasi yang kami lakukan tidak hanya dari sisi pengumpulannya, tetapi juga pendistribusiannya baik program-program ekonomi, pemberdayaan umat, beasiswa, tebar beras, hingga dukungan untuk ustaz-ustazah di pedalaman," ungkapnya.

 

Diketahui, apresiasi terkait kolaborasi antara LAZ dan Baznas itu disampaikan David pada kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakornas) LAZ se-Indonesia di Jakarta, yang dihadiri oleh perwakilan dari sebanyak 167 LAZ di Indonesia pada Selasa (15/10).

 

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Baznas RI Noor Achmad juga menekankan urgensi untuk bersinergi dalam memaksimalkan potensi zakat di Indonesia demi mengentaskan kemiskinan dan menyejahterakan umat.

 

"Potensi zakat kita sekarang di Indonesia lebih dari Rp300 triliun, tetapi kemarin kita baru bisa mendapatkan 41 triliun untuk 2024," katanya.

 

Oleh karenanya, Noor mengharapkan gelaran Rakornas LAZ se-Indonesia 2024 ini bisa menjadi langkah awal dalam membangun sinergi antara Baznas dan LAZ dalam menyongsong tahun 2025 mendatang.*